RSS

ASAL MULA AKSARA JAWA


Diantara kita jarang sekali ada yang mengetahui asal mula aksara Djawa. Jangankan asal mulanya, bentuk tulisannya saja diantara kita pasti tidak tahu. Apalagi makna yang terkandung di dalamnya. Memang aksara Djawa ini bukan menjadi bahasa (tulisan) wajib negara kita. Para Pemuda-Pemudi telah mengikrarkan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Tetapi setidaknya sebagai bangsa yang baik, kita bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Djawa tidak melupakan sejarah peninggalan Leluhur terdahulu.
Beranjak dari keadaan tersebut di atas maka Penulis hendak mengingatkan kembali, aksara (huruf) Djawa yang sudah mulai punah dan terlupakan. Di sini Penulis tidak bermaksud membawa kepentingan SARA atau Golongan (Djawa). Seperti yang telah dikemukakan di atas, Penulis hanya ingin mengingatkan kembali sejarah peninggalan Leluhur terdahulu. Sehingga muncul halaman ini, mari kita simak dan ingat kembali asal usul aksara (huruf) Djawa terlebih dahulu.

Cerita ini berawal dari seorang Raja yang mempunyai dua orang murid. Raja ini bernama Prabu Aji Saka, dengan dua orang muridnya bernama Duro dan Sembodro. Salah satu muridnya yang bernama Duro ditugaskan oleh Prabu Aji Saka untuk menjaga pusaka kerajaan. Nama pusaka kerajaan tersebut adalah Sarutama, dalam cerita Djawa berarti Hina tetapi utama (Saru-Utama). Saat itu Prabu Aji Saka berpesan “Siapapun tidak dapat mengambil Pusaka Sarutama, kecuali Prabu Aji Saka sendiri”. Pusaka Sarutama ini dipercayakan kepada Duro.
Prabu Aji Saka pada saat itu berangkat perang, namun ditengah-tengan peperangan Prabu Aji Saka mengalami kesulitan. Sehingga Prabu Aji Saka memerlukan pusaka Sarutama. Prabu Aji Saka pun menugaskan Sembodro yang mendampinginya di medan perang, untuk mengambil pusaka Sarutama di kerajaan. Sembodro pun pulang kembali dengan maksud mengambil pusaka Sarutama. Sesampainya kembali di kerajaan, Sembodro meminta Duro untuk menyerahkan pusaka Sarutama kepadanya. Tetapi karena Duro sudah diberi amanat oleh Prabu Aji Saka guru mereka untuk tidak menyerahkan pusaka sarutama kepada siapapun kecuali kepada Prabu Aji Saka, maka Duro menolak untuk menyerahkan pusaka saru tama tersebut. Sembodro pun mendapat amanat untuk mengambil pusaka Sarutama tersebut. Akhirnya Sembodro tetap memaksa Duro untuk mnyerahkan pusaka Sarutama tersebut. Karena sama-sama mendapat amanat (pesan) dari Prabu Aji Saka, merekapun berusaha mejalankan amanat masing-masing. Merekapun bertempur untuk menjalankan amanat mereka. Pertempuran sesama murid kepercayaan Prabu Aji Saka ini berlangsung sengit. Hingga akhirnya mererka mati (gugur) demi menjalankan amanat mereka dari Prabu Aji Saka. Keadaan mereka disaat mati saling rangkul/pangku (mati sampyuh, Djawa).
Kita dapat mengambil inti sari makna dari cerita di atas. Bahwa masyarakat Djawa memiliki sifat yang luhur, setia dan taat, serta rela berkorban mati-matian demi mengemban amanat. Satu lagi sifat masyarakat Djawa, masyarakat Djawa akan marah apabila kita memposisikan diri kita di atas mereka. Tetapi mereka akan mati (luluh hatinya) kalau kita memposisikan diri di bawah (dipangku) mereka. Itu mengapa akhirnya di dalam aksara Djawa bila di akhir huruf dipangku akan mati.


KISAH AJISAKA

Jaman dulu, di Pulau Majethi, hidup seorang satria bernama Ajisaka. Selain ganteng, Ajisaka juga punya ilmu tinggi dan sakti. Ajisaka punya dua orang punggawa bernama Dora san Sembada. Dua orang itu sangat setia dan nurut sama Ajisaka. Suatu hari, Ajisaka ingin pergi berkelana, bertualang meninggalkan Pulau Majethi. Dora pergi menemani Ajisaka sedangkan Sembada tetap tinggal di Pulau Majethi karena Ajisaka memerintahkan Sembada untuk menjaga pusaka Ajisaka yg paling sakti. Ajisaka berpesan pada Sembada bahwa Sembada ga boleh menyerahkan pusaka itu kepada siapapun kecuali Ajisaka.
Nah, pada waktu itu di Jawa ada negara yang terkenal makmur, aman, dan damai, yang berjudul Medhangkamulan. Negara itu dipimpin oleh Prabu Dewatacengkar, raja yang berbudi luhur dan bijaksana. Seuatu hari, juru masak kerajaan tidak sengaja memotong jarinya waktu masak. Juru masak itu ga sadar bahwa potongan jarinya masuk ke hidangan yang akan disuguhkan kepada Sang Raja. Tanpa sengaja juga, jari itu termakan oleh Prabu Dewatacengkar. Ga disangka, Prabu Dewatacengkar merasa daging yang dia makan sangat lezat, kemudian ia mengutus patihnya menanyai juru masak kerajaan. Ternyata kemudian diketahui bahwa yang tadi dimakan oleh Prabu Dewatacengkar adalah daging manusia, ia memerintahkan kepada patihnya untuk menyiapkan seorang rakyatnya untuk disantap setiap harinya. Sejak itu Prabu Dewatacengkar punya hobi baru, yaitu makan danging manusia. Wataknya berubah jadi jahat dan senang melihat orang menderita. Negara itu berubah jadi negara yang sepi karena satu per satu rakyatnya dimakan oleh rajanya, ada juga rakyat yang lari menyelamatkan diri. Sang Patih bingung, karena ga ada lagi rakyat yang bisa disuguhkan kepada rajanya.
Saat itulah Ajisaka bersama Dora sampe di Medhangkamulan. Ajisaka heran melihat keadaan negara yang sunyi dan menyeramkan itu, kemudian ia mencari tahu sebabnya. Setelah tau apa yang terjadi di Medhangkamulan. Ajisaka lalu menghadap Patih, menyatakan bahwa ia sanggup menjadi santapan Sang Raja. Awalnya Sang Patih tidak mengijinkan Ajisaka yang masih muda dan (ehem..) ganteng jadi santapan Prabu Dewatacengkar, tapi Ajisaka tetep maksa sampe akhirnya dia dibawa juga untuk menghadap Prabu Dwatacengkar. Sang Prabu juga heran, kenapa orang yang masih muda dan tampan mau-mau aja jadi santapannya. Ajisaka mengajukan syarat, dia rela dimakan Sang Prabu asal dia dihadiahi tanah seluas ikat kepalanya. Selain itu, Ajisaka juga minta Prabu Dewatacengkar sendiri yang mengukur tanah tersebut. Permintaan itu dikabulkan oleh Sang Prabu. Ajisaka kemudian meminta Prabu Dewatacengkar menarik salah satu ujung ikat kepalanya. Ajaibnya, ikat kepala itu mulur terus kayak ga ada habisnya. Prabu Dewatacengkar terpaksa mundur dan mundur terus mengikuti ikat kepala itu sampe di tepi laut selatan. Ajisaka mengibaska ikat kepala tersebut, hal ini membuat Prabu Dewatacengkar terlempar ke laut. Wujud Prabu Dewatacengkar lalu berubah menjadi buaya putih, sedangkan Ajisaka menjadi raja di Medhangkamulan.
Setelah jadi raja, Ajisaka menyuruh Dora pergi ke Pulao Majethi untuk ngambil pusaka yang dijaga oleh Sembada. Sampe di Pulau Majethi, Dora menjelaskan pada Sembada bahwa dia datang atas perintah Ajisaka untuk mengambil pusaka yang dijaga Sembada. Sembada yang patuh pada pesan Ajisaka ga mau ngasih pusaka itu ke Dora. Dora memaksa agar pusaka itu diserahkan ke dia. Akhirnya dua orang itu bertarung. Karena dua-duanya sama-sama sakti, pertarungan berlangsung seru sampai mereka berdua tewas.
Prabu Ajisaka mendengar kabar kematian Dora san Sembada. Dia menyesal mengingat kelalaiannya dan kesetiaan Dora dan Sembada. Untuk mengabadkan dua punggawanya itu Ajisaka menciptakan sebuah aksara yang bunyinya :
ha na ca ra ka
Ana utusan (ada utusan)
da ta sa wa la
Padha kekerengan (saling berselisih pendapat)
pa dha ja ya nya
Padha digdayané (sama-sama sakti)
ma ga ba tha nga
Padha dadi bathangé (sama-sama mejadi mayat)

MENGENAL ATAU MENILAI DIRI SENDIRI


Mengenali diri sendiri adalah hal sangat amat penting dalam hidup ini karena mengenali diri sendiri adalah kunci proses pergembangan diri. Dengan mengenali diri sendiri, seseorang akan menyadari kemampuan dan bakat-bakatnya serta keterbatasan dan kekurangan diri sendiri, sehingga orang tersebut dapat menempatkan diri dalam pergaulan. Dengan mengenal diri sendiri, seseorang mengetahui apa yang mesti jadi tujuan hidupnya dan  ia lebih mampu menemukan makna dan kepenuhan dari hidupnya. Selain itu orang yang mengenali dirinya dapat mengolah kemampuan serta bakat-bakat (potensi) yang ia miliki demi mencapai tujuannya.

Setiap orang memiliki metode tersendiri untuk mengenal dirinya, meskipun begitu masih banyak orang yang belum mengenali dirinya sendiri secara utuh. Hal ini saya rasa adalah sebuah penyakit kronis yang dampaknya dapat berupa "hilangnya jati diri" seseorang.

Banyak cara mengenali diri sendiri, mulai dari yang sederhana hingga yang mulai sulit. Sekarang kita menggunakan cara-cara sederhana saja, dan hasilnya bergantung dari penilaian kita akan jawaban diri kita sendiri maka setiap orang pasti berbeda. Berbeda dengan kuis-kuis yang hasilnya kira-kira sudah ditentukan. Hasilnya sangat bergantung pada daya tilik diri. Daya tilik diri adalah suatu kemampuan untuk menilai diri sendiri. Yang harus kita nilai dari diri kita sangat banyak. Ada beberapa cara untuk menilai diri sendiri antara lain :

 Coba bayangkan bahwa diri kalian sedang menghadap pada sebuah cermin yang bening dan besar hingga kalian bisa melihat semua yang ada pada diri kalian. Kalian melihat sesosok makhluk yang tak asing lagi sedang berdiri tegak, bayangkan bahwa kalian sedang menatap dalam-dalam orang yang selama ini kamu kenal itu, setiap lekukan wajahnya, setiap gerak-geriknya, dan setiap hembusan nafasnya.

Coba pikirkan, seberapa besar kalian mengenal diri kalian sendiri? Seberapa erat hubunganmu dengan dirimu sendiri? Apakah hubungan kalian dengan diri sendiri mengalahkan hubungan kalian dengan orang lain? Atau kah kalian terlalu bersemangat berhubungan dengan orang lain hingga lupa untuk mengenal diri sendiri?

            "Apa saya punya kelebihan?" "Saya rasa saya hanya memiliki kekurangan saja" Omong kosong !  Sebuah uang logam selalu memiliki dua sisi yang berbeda, begitu pula setiap insan manusia pasti dianugerahi kelebihan yang dapat dikembangkan dalam dirinya sekaligus kekurangan yang perlu terus menerus diperbaikinya. Tidak ada seorang pun yang melulu dilimpahi oleh kelebihan atau hanya dibebani oleh kekurangan. Kekurangan dan kelebihan yang selalu hadir dalam diri setiap manusia ini bukan untuk disombongkan atau ditangisi, melainkan untuk dikenali lalu dikembangkan atau diperbaiki. Kedua sisi itu saling mengisi dan saling melengkapi lalu menjadi apa yang saya anggap sebagai manusia hebat.

           Ada beragam kelebihan atau kekurangan yang dimiliki seseorang. Suatu keadaan dikatakan kelebihan bila merupakan hal yang positif, membangun, atau memberikan dampak yang baik bagi diri sendiri maupun orang lain sedangkan kekurangan cenderung memberikan dampak yang negatif.

            Ada banyak metode untuk mengenal diri sendiri. Salah satunya adalah dengan mengisi kuisioner-kuisioner. Apa pun bentuk metode yang dipilih, tuntutan dasarnya adalah seseorang harus jujur pada dirinya sendiri. Meskipun daya tilik diri seseorang telah sangat tinggi namun apabila kejujuran pada diri sendiri tidak ia tanamkan jelas mengisi kuisioner adalah hal yang sia-sia. Ambil contoh ringan, banyak orang tidak jujur saat mengisi kuisioner mengenai dirinya, terlebih lagi bila hasil kuisioner tersebut dinilai oleh pihak lain. Mereka mengira dengan menulis jawaban yang ideal, mereka akan mendapatkan hasil penilaian yang baik, padahal mereka sedang membohongi diri mereka sendiri, yang justru mengagalkan proses pengembangan diri. Penyebab utamanya adalah karena banyak orang bersikap untuk memenuhi harapan orang lain, atau biasanya mereka tidak ingin kekurangannya itu diketahui oleh orang lain. Ketidakjujuran dan ketidakmampuan untuk bersikap apa adanya membuat mereka tidak menjadi diri mereka sendiri.

Orang yang memiliki pengetahuan tentang alam semesta, tetapi tidak mengenal dirinya sendiri sama saja dengan tidak tau apa-apa.

You Can


Allah menciptakan manusia tidak ada yang sempurna.
Pasti ada kekurangan dan kelebihan nya.
Orang-orang invalid atau cacat yang berprestasi di olympiade internasional orang-orang cacat, mereka bisa berprestasi!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Bagaimana kita yang sehat ini? Tentu nya kita harus lebih bisa.
Misalnya :
1.       Manusia yang mempunyai satu tangan atau bahkan tidak mempunyai tangan dan tidak mempunyai kaki dapat berenang dengan lincah.
2.       Manusia yang tidak mempunyai kaki dapat bersepeda dengan kursi roda dengan cepat.
3.       Manusia yang buta, idiot, dan yang memakai kaki palsu dapat berlari dengan lincah, tidak menabrak - nabrak.
4.       Manusia yang hanya mempunyai satu kaki dapat lompat tinggi dengan sempurna

JIKA MEREKA BISA, KAMU PASTI LEBIH BISA . . . . . . . . . . . . . . . .

Yang bisa saya petik :
Tuhan menciptakan manusia tidak ada yang sempurna. Pasti ada kekurangan dan kelebihan nya.
Untuk itu kita harus bersyukur.

HIKMAH DARI CERITA BATU MENANGIS


1.   Janganlah kita durhaka kepada orang tua, apa lagi kepada ibu kita sendiri.
2.   Kita harus menghormati orang lain, seperti kepada orang tua kita.
3.   Kita tidak boleh menjadi orang yang sombong.
4.   Janganlah kita jadi anak manja, kita harus menjadi anak yang mandiri.
5.   Kita tidak boleh menjadi anak yang suka menjadikan ibunya sendiri pembantu/budak.

Selasa, 08 Januari 2013

ASAL MULA AKSARA JAWA

Posted by : DheAna65 di 04.35 0 Comments


Diantara kita jarang sekali ada yang mengetahui asal mula aksara Djawa. Jangankan asal mulanya, bentuk tulisannya saja diantara kita pasti tidak tahu. Apalagi makna yang terkandung di dalamnya. Memang aksara Djawa ini bukan menjadi bahasa (tulisan) wajib negara kita. Para Pemuda-Pemudi telah mengikrarkan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia. Tetapi setidaknya sebagai bangsa yang baik, kita bangsa Indonesia, khususnya masyarakat Djawa tidak melupakan sejarah peninggalan Leluhur terdahulu.
Beranjak dari keadaan tersebut di atas maka Penulis hendak mengingatkan kembali, aksara (huruf) Djawa yang sudah mulai punah dan terlupakan. Di sini Penulis tidak bermaksud membawa kepentingan SARA atau Golongan (Djawa). Seperti yang telah dikemukakan di atas, Penulis hanya ingin mengingatkan kembali sejarah peninggalan Leluhur terdahulu. Sehingga muncul halaman ini, mari kita simak dan ingat kembali asal usul aksara (huruf) Djawa terlebih dahulu.

Cerita ini berawal dari seorang Raja yang mempunyai dua orang murid. Raja ini bernama Prabu Aji Saka, dengan dua orang muridnya bernama Duro dan Sembodro. Salah satu muridnya yang bernama Duro ditugaskan oleh Prabu Aji Saka untuk menjaga pusaka kerajaan. Nama pusaka kerajaan tersebut adalah Sarutama, dalam cerita Djawa berarti Hina tetapi utama (Saru-Utama). Saat itu Prabu Aji Saka berpesan “Siapapun tidak dapat mengambil Pusaka Sarutama, kecuali Prabu Aji Saka sendiri”. Pusaka Sarutama ini dipercayakan kepada Duro.
Prabu Aji Saka pada saat itu berangkat perang, namun ditengah-tengan peperangan Prabu Aji Saka mengalami kesulitan. Sehingga Prabu Aji Saka memerlukan pusaka Sarutama. Prabu Aji Saka pun menugaskan Sembodro yang mendampinginya di medan perang, untuk mengambil pusaka Sarutama di kerajaan. Sembodro pun pulang kembali dengan maksud mengambil pusaka Sarutama. Sesampainya kembali di kerajaan, Sembodro meminta Duro untuk menyerahkan pusaka Sarutama kepadanya. Tetapi karena Duro sudah diberi amanat oleh Prabu Aji Saka guru mereka untuk tidak menyerahkan pusaka sarutama kepada siapapun kecuali kepada Prabu Aji Saka, maka Duro menolak untuk menyerahkan pusaka saru tama tersebut. Sembodro pun mendapat amanat untuk mengambil pusaka Sarutama tersebut. Akhirnya Sembodro tetap memaksa Duro untuk mnyerahkan pusaka Sarutama tersebut. Karena sama-sama mendapat amanat (pesan) dari Prabu Aji Saka, merekapun berusaha mejalankan amanat masing-masing. Merekapun bertempur untuk menjalankan amanat mereka. Pertempuran sesama murid kepercayaan Prabu Aji Saka ini berlangsung sengit. Hingga akhirnya mererka mati (gugur) demi menjalankan amanat mereka dari Prabu Aji Saka. Keadaan mereka disaat mati saling rangkul/pangku (mati sampyuh, Djawa).
Kita dapat mengambil inti sari makna dari cerita di atas. Bahwa masyarakat Djawa memiliki sifat yang luhur, setia dan taat, serta rela berkorban mati-matian demi mengemban amanat. Satu lagi sifat masyarakat Djawa, masyarakat Djawa akan marah apabila kita memposisikan diri kita di atas mereka. Tetapi mereka akan mati (luluh hatinya) kalau kita memposisikan diri di bawah (dipangku) mereka. Itu mengapa akhirnya di dalam aksara Djawa bila di akhir huruf dipangku akan mati.


KISAH AJISAKA

Jaman dulu, di Pulau Majethi, hidup seorang satria bernama Ajisaka. Selain ganteng, Ajisaka juga punya ilmu tinggi dan sakti. Ajisaka punya dua orang punggawa bernama Dora san Sembada. Dua orang itu sangat setia dan nurut sama Ajisaka. Suatu hari, Ajisaka ingin pergi berkelana, bertualang meninggalkan Pulau Majethi. Dora pergi menemani Ajisaka sedangkan Sembada tetap tinggal di Pulau Majethi karena Ajisaka memerintahkan Sembada untuk menjaga pusaka Ajisaka yg paling sakti. Ajisaka berpesan pada Sembada bahwa Sembada ga boleh menyerahkan pusaka itu kepada siapapun kecuali Ajisaka.
Nah, pada waktu itu di Jawa ada negara yang terkenal makmur, aman, dan damai, yang berjudul Medhangkamulan. Negara itu dipimpin oleh Prabu Dewatacengkar, raja yang berbudi luhur dan bijaksana. Seuatu hari, juru masak kerajaan tidak sengaja memotong jarinya waktu masak. Juru masak itu ga sadar bahwa potongan jarinya masuk ke hidangan yang akan disuguhkan kepada Sang Raja. Tanpa sengaja juga, jari itu termakan oleh Prabu Dewatacengkar. Ga disangka, Prabu Dewatacengkar merasa daging yang dia makan sangat lezat, kemudian ia mengutus patihnya menanyai juru masak kerajaan. Ternyata kemudian diketahui bahwa yang tadi dimakan oleh Prabu Dewatacengkar adalah daging manusia, ia memerintahkan kepada patihnya untuk menyiapkan seorang rakyatnya untuk disantap setiap harinya. Sejak itu Prabu Dewatacengkar punya hobi baru, yaitu makan danging manusia. Wataknya berubah jadi jahat dan senang melihat orang menderita. Negara itu berubah jadi negara yang sepi karena satu per satu rakyatnya dimakan oleh rajanya, ada juga rakyat yang lari menyelamatkan diri. Sang Patih bingung, karena ga ada lagi rakyat yang bisa disuguhkan kepada rajanya.
Saat itulah Ajisaka bersama Dora sampe di Medhangkamulan. Ajisaka heran melihat keadaan negara yang sunyi dan menyeramkan itu, kemudian ia mencari tahu sebabnya. Setelah tau apa yang terjadi di Medhangkamulan. Ajisaka lalu menghadap Patih, menyatakan bahwa ia sanggup menjadi santapan Sang Raja. Awalnya Sang Patih tidak mengijinkan Ajisaka yang masih muda dan (ehem..) ganteng jadi santapan Prabu Dewatacengkar, tapi Ajisaka tetep maksa sampe akhirnya dia dibawa juga untuk menghadap Prabu Dwatacengkar. Sang Prabu juga heran, kenapa orang yang masih muda dan tampan mau-mau aja jadi santapannya. Ajisaka mengajukan syarat, dia rela dimakan Sang Prabu asal dia dihadiahi tanah seluas ikat kepalanya. Selain itu, Ajisaka juga minta Prabu Dewatacengkar sendiri yang mengukur tanah tersebut. Permintaan itu dikabulkan oleh Sang Prabu. Ajisaka kemudian meminta Prabu Dewatacengkar menarik salah satu ujung ikat kepalanya. Ajaibnya, ikat kepala itu mulur terus kayak ga ada habisnya. Prabu Dewatacengkar terpaksa mundur dan mundur terus mengikuti ikat kepala itu sampe di tepi laut selatan. Ajisaka mengibaska ikat kepala tersebut, hal ini membuat Prabu Dewatacengkar terlempar ke laut. Wujud Prabu Dewatacengkar lalu berubah menjadi buaya putih, sedangkan Ajisaka menjadi raja di Medhangkamulan.
Setelah jadi raja, Ajisaka menyuruh Dora pergi ke Pulao Majethi untuk ngambil pusaka yang dijaga oleh Sembada. Sampe di Pulau Majethi, Dora menjelaskan pada Sembada bahwa dia datang atas perintah Ajisaka untuk mengambil pusaka yang dijaga Sembada. Sembada yang patuh pada pesan Ajisaka ga mau ngasih pusaka itu ke Dora. Dora memaksa agar pusaka itu diserahkan ke dia. Akhirnya dua orang itu bertarung. Karena dua-duanya sama-sama sakti, pertarungan berlangsung seru sampai mereka berdua tewas.
Prabu Ajisaka mendengar kabar kematian Dora san Sembada. Dia menyesal mengingat kelalaiannya dan kesetiaan Dora dan Sembada. Untuk mengabadkan dua punggawanya itu Ajisaka menciptakan sebuah aksara yang bunyinya :
ha na ca ra ka
Ana utusan (ada utusan)
da ta sa wa la
Padha kekerengan (saling berselisih pendapat)
pa dha ja ya nya
Padha digdayané (sama-sama sakti)
ma ga ba tha nga
Padha dadi bathangé (sama-sama mejadi mayat)

MENGENAL ATAU MENILAI DIRI SENDIRI

Posted by : DheAna65 di 04.27 0 Comments


Mengenali diri sendiri adalah hal sangat amat penting dalam hidup ini karena mengenali diri sendiri adalah kunci proses pergembangan diri. Dengan mengenali diri sendiri, seseorang akan menyadari kemampuan dan bakat-bakatnya serta keterbatasan dan kekurangan diri sendiri, sehingga orang tersebut dapat menempatkan diri dalam pergaulan. Dengan mengenal diri sendiri, seseorang mengetahui apa yang mesti jadi tujuan hidupnya dan  ia lebih mampu menemukan makna dan kepenuhan dari hidupnya. Selain itu orang yang mengenali dirinya dapat mengolah kemampuan serta bakat-bakat (potensi) yang ia miliki demi mencapai tujuannya.

Setiap orang memiliki metode tersendiri untuk mengenal dirinya, meskipun begitu masih banyak orang yang belum mengenali dirinya sendiri secara utuh. Hal ini saya rasa adalah sebuah penyakit kronis yang dampaknya dapat berupa "hilangnya jati diri" seseorang.

Banyak cara mengenali diri sendiri, mulai dari yang sederhana hingga yang mulai sulit. Sekarang kita menggunakan cara-cara sederhana saja, dan hasilnya bergantung dari penilaian kita akan jawaban diri kita sendiri maka setiap orang pasti berbeda. Berbeda dengan kuis-kuis yang hasilnya kira-kira sudah ditentukan. Hasilnya sangat bergantung pada daya tilik diri. Daya tilik diri adalah suatu kemampuan untuk menilai diri sendiri. Yang harus kita nilai dari diri kita sangat banyak. Ada beberapa cara untuk menilai diri sendiri antara lain :

 Coba bayangkan bahwa diri kalian sedang menghadap pada sebuah cermin yang bening dan besar hingga kalian bisa melihat semua yang ada pada diri kalian. Kalian melihat sesosok makhluk yang tak asing lagi sedang berdiri tegak, bayangkan bahwa kalian sedang menatap dalam-dalam orang yang selama ini kamu kenal itu, setiap lekukan wajahnya, setiap gerak-geriknya, dan setiap hembusan nafasnya.

Coba pikirkan, seberapa besar kalian mengenal diri kalian sendiri? Seberapa erat hubunganmu dengan dirimu sendiri? Apakah hubungan kalian dengan diri sendiri mengalahkan hubungan kalian dengan orang lain? Atau kah kalian terlalu bersemangat berhubungan dengan orang lain hingga lupa untuk mengenal diri sendiri?

            "Apa saya punya kelebihan?" "Saya rasa saya hanya memiliki kekurangan saja" Omong kosong !  Sebuah uang logam selalu memiliki dua sisi yang berbeda, begitu pula setiap insan manusia pasti dianugerahi kelebihan yang dapat dikembangkan dalam dirinya sekaligus kekurangan yang perlu terus menerus diperbaikinya. Tidak ada seorang pun yang melulu dilimpahi oleh kelebihan atau hanya dibebani oleh kekurangan. Kekurangan dan kelebihan yang selalu hadir dalam diri setiap manusia ini bukan untuk disombongkan atau ditangisi, melainkan untuk dikenali lalu dikembangkan atau diperbaiki. Kedua sisi itu saling mengisi dan saling melengkapi lalu menjadi apa yang saya anggap sebagai manusia hebat.

           Ada beragam kelebihan atau kekurangan yang dimiliki seseorang. Suatu keadaan dikatakan kelebihan bila merupakan hal yang positif, membangun, atau memberikan dampak yang baik bagi diri sendiri maupun orang lain sedangkan kekurangan cenderung memberikan dampak yang negatif.

            Ada banyak metode untuk mengenal diri sendiri. Salah satunya adalah dengan mengisi kuisioner-kuisioner. Apa pun bentuk metode yang dipilih, tuntutan dasarnya adalah seseorang harus jujur pada dirinya sendiri. Meskipun daya tilik diri seseorang telah sangat tinggi namun apabila kejujuran pada diri sendiri tidak ia tanamkan jelas mengisi kuisioner adalah hal yang sia-sia. Ambil contoh ringan, banyak orang tidak jujur saat mengisi kuisioner mengenai dirinya, terlebih lagi bila hasil kuisioner tersebut dinilai oleh pihak lain. Mereka mengira dengan menulis jawaban yang ideal, mereka akan mendapatkan hasil penilaian yang baik, padahal mereka sedang membohongi diri mereka sendiri, yang justru mengagalkan proses pengembangan diri. Penyebab utamanya adalah karena banyak orang bersikap untuk memenuhi harapan orang lain, atau biasanya mereka tidak ingin kekurangannya itu diketahui oleh orang lain. Ketidakjujuran dan ketidakmampuan untuk bersikap apa adanya membuat mereka tidak menjadi diri mereka sendiri.

Orang yang memiliki pengetahuan tentang alam semesta, tetapi tidak mengenal dirinya sendiri sama saja dengan tidak tau apa-apa.

You Can

Posted by : DheAna65 di 04.22 0 Comments


Allah menciptakan manusia tidak ada yang sempurna.
Pasti ada kekurangan dan kelebihan nya.
Orang-orang invalid atau cacat yang berprestasi di olympiade internasional orang-orang cacat, mereka bisa berprestasi!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Bagaimana kita yang sehat ini? Tentu nya kita harus lebih bisa.
Misalnya :
1.       Manusia yang mempunyai satu tangan atau bahkan tidak mempunyai tangan dan tidak mempunyai kaki dapat berenang dengan lincah.
2.       Manusia yang tidak mempunyai kaki dapat bersepeda dengan kursi roda dengan cepat.
3.       Manusia yang buta, idiot, dan yang memakai kaki palsu dapat berlari dengan lincah, tidak menabrak - nabrak.
4.       Manusia yang hanya mempunyai satu kaki dapat lompat tinggi dengan sempurna

JIKA MEREKA BISA, KAMU PASTI LEBIH BISA . . . . . . . . . . . . . . . .

Yang bisa saya petik :
Tuhan menciptakan manusia tidak ada yang sempurna. Pasti ada kekurangan dan kelebihan nya.
Untuk itu kita harus bersyukur.

HIKMAH DARI CERITA BATU MENANGIS

Posted by : DheAna65 di 04.19 0 Comments


1.   Janganlah kita durhaka kepada orang tua, apa lagi kepada ibu kita sendiri.
2.   Kita harus menghormati orang lain, seperti kepada orang tua kita.
3.   Kita tidak boleh menjadi orang yang sombong.
4.   Janganlah kita jadi anak manja, kita harus menjadi anak yang mandiri.
5.   Kita tidak boleh menjadi anak yang suka menjadikan ibunya sendiri pembantu/budak.